Postingan

Gambar
Perbedaan Adalah Cara Menyatukan Kita Oleh Ardiana Meilinawati (Universitas Airlangga) Dalam tahap perkembangan remaja menuju dewasa, sudah sewajarnya seseorang akan mencoba berbagai macam hal sebagai bentuk pencarian jati diri. Sebagian remaja melakukan berbagai aktivitas untuk menemukan arti kehidupan mereka. Pemaknaan hidup itu akan dijadikan panduan untuk menjadi seseorang yang sukses di masa depan. Tidak heran jika selepas lulus dari sekolah menengah atas, remaja akan mengeksplorasi dirinya melalui berbagai kegiatan. Aktivitas yang dilakukan remaja biasa dimulai dari hal yang sepele seperti memanjangkan rambut sampai menjadi seorang aktivis dakwah di kampus. Mungkin sebagian beranggapan bahwa pilihan itu dilakukan supaya ada cerita yang bisa dibagikan kepada anak cucu kelak usia memasuki tahap lansia. Bagi sebagian lain, pilihan itu punya pengaruh kuat dalam membentuk karakter diri dan menebar manfaat kepada masyarakat. Anak-anak muda khususnya generasi milenial kela
Gambar
Berjuang Bersama Dibidang Masing-masing Oleh Angkasa Firdaus Ketika ditanya mengenai cita-cita, kebanyakan anak kecil tertarik dengan profesi dokter, pilot, polisi, dan guru. Namun seiring berjalannya waktu, akan lebih realistis dan berpindah haluan ke bidang lain. Tetapi tidak bagi aku. Aku tetap konsisten pada cita-cita semasa kecilku, menjadi seorang dokter yang sholihah. Sejak kecil, aku menyukai rumah sakit. Aku suka aroma rumah sakit yang khas. Aku suka bangunannya   yang kompleks. Aku bersemangat ketika diajak ayah dan ibu menjenguk rekannya yang dirawat di rumah sakit. Namun aku kesal ketika sampai di ruangan inap rumah sakit, anak kecil sepertiku tidak diizinkan masuk. Orang tuaku sangat mendukung cita-citaku, terutama ayahku. Ayahku pernah bilang, “Ayah dulu ingin jadi dokter. Namun ketika tes kesehatan, ternyata ayah buta warna parsial. Jadi ayah harap, kamu dapat menggantikan ayah meraih cita-cita ayah yang tertunda itu.” Kalau nasihat dari ibu, “Jadi dokter ya
Gambar
Membangun Peradaban Unggul dari Masjid Oleh: Audi Ahmad R Kebudayaan merupakan sebuah hasil olah akal, budi, rasa yang semakin berkembang menjadi sebuah peradaban. Dalam berbagai macam riwayat, peradaban merupakan suatu hal yang diturunkan secara turun temurun yang menandakan kemajuan atau kecerdasan dari sebuah bangsa. Contohnya, peradaban Lembah Sungai Indus, sebagaimana yang terdapat dalam literatur-literatur sejarah, bahwa peradaban ini sudah terdapat tata kota yang baik. Kemudian, dalam contoh lain yang dapat diambil adalah peradaban Mesir, di mana, peninggalannya masih nampak di zaman modern seperti ini, yaitu piramid dan sphinx . Tidak hanya itu, jika berbicara mengenai peradaban maka tak lengkap rasanya jika tidak menyinggung peradaban Islam. Karena peradaban Islam merupakan peradaban isti m ewa yang dibangun hanya dalam jangka waktu kurang dari setengah abad, yaitu kurang lebih 23 tahun. Peradaban Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. berhasil mengubah masyarakat
Gambar
[KOPER MUSLIMAH - KHADIJAH R.A.] Siapa yang tak kenal dengan salah satu Ummul Mu’minin, Siti Khadijah? Ibunda umat Muslim ini merupakan cinta terbaik Rasulullah saw. Beliau adalah istri pertama sekaligus istri yang paling dicintai oleh Rasulullah. Siti Khadijah binti Khuwailid R.A. adalah salah seorang bangsawan kota Mekkah, bersuku Quraisy, luhur derajatnya, pedagang kaya dan berakhlak mulia. Tumbuh ditengah-tengah keluarga yang terpandang dan bergelimang harta tidak menjadikan dirinya sebagai sosok yang sombong. Sepeninggal ayahnya, Khadijah lah yang melanjutkan tradisi keluarganya sebagai pedagang dan di tangannya bisnis keluarganya itu menjadi berkembang pesat. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah telah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi yang dikaruniai dua anak yaitu Halah dan Hindun. Namun sayangnya usia pernikahan tersebut tidak lama karena Abu Halah meninggal dunia. Kemudian ia menikah lagi dengan Atiq bin ‘Aid Al-Makhzumi dan dikaruniai seoran

Nilai, Oh Nilai...

Gambar
6 Rajab 1439 — 25 Maret 2018 “Eh, nilaimu piro?” “Awakmu sek… pasti apik, 80 yo?” “Iyo e, padahal aku nggak belajar wkwk” “Isok yo, aku wes belajar setengah mati tetap ae 55, ora munggah-munggah” “Mangkane lek belajar iku ojo setengah mati, mati-matian…” “…” Pernah nggak sih kita udah belajar capek-capek terus nilai yang keluar nggak sesuai harapan? Abis kayak gitu ngeluh deh, males belajar, dan akhirnya nggak belajar buat ujian selanjutnya. Eh, pas nggak belajar tiba-tiba nilai yang keluar melejit menembus langit tanpa batas. Senengnya bukan main! Setelah itu, kadang-kadang kita buat sugesti dalam diri, “Kayaknya metode yang cocok buatku untuk dapet nilai bagus itu dengan nggak belajar deh…” Hmm, kayaknya nggak ada deh metode mendapat nilai bagus dengan nggak belajar soalnya nggak ada jaminan juga dapat nilai bagus kalau nggak pake yang namanya usaha. Sahabat SKIPsi, Allah berfirman dalam surah Al-An’am ayat 42-43 yang artinya, “Dan Sungguh, Kami telah me

Wara-Wara Wira’i

Gambar
Wara-Wara Wira’i 12 Jumadil Akhir 1439 — 28 Februari 2018 Seorang pemuda terlihat kebingungan karena mencari domba-dombanya yang hilang. Ia tersentak, melihat domba-dombanya sedang memakan rumput-rumput dari kejauhan. Sontak ia berlari menuju sebuah rumah di samping rumput tersebut untuk bertatap muka dengan si pemilik rumput. Ia mengetuk pintu dan keluarlah seorang laki-laki. “Assalaamu’alaikum Tuan, apa benar Anda memiliki rumput-rumput di sana?” tanya si pemuda. “Wa’alaikumussalaam, benar wahai pemuda. Ada apa?” jawab si pemilik rumput. “Maafkan saya Tuan, domba-domba saya memakan rumput Tuan. Saya memohon untuk diikhlaskan rumput-rumput itu sehingga domba-domba saya tidak memakan sesuatu yang haram. Saya tidak ingin memiliki harta yang haram.” Si pemilik rumput dibuat kagum olehnya hingga tersenyum. Berbanggalah ia bertemu dengan seorang pemuda yang berhati-hati, selalu menjaga antara yang halal dan haram. Pemuda tersebut dikenal dengan Badiuzzaman Said Nursi,

Persahabatan dalam Bingkai Iman

Gambar
Persahabatan dalam Bingkai Iman                                       Alkisah terdapat seorang pemuda bernama Ali yang memiliki beberapa sahabat karib yakni Mahmud, Riza, Sulton, dan Dika. Mereka terlihat seperti saudara yang selalu bersama, dimana ada Ali maka disitu akan ada Mahmud, Riza, Sulton, dan Dika. Bukan sebuah hal yang asing, mengingat para remaja umumnya memang hidup berkelompok dengan teman sebaya, hingga memiliki identitas dalam kelompok tersebut. Ali, Mahmud, dan Riza lebih dulu berteman sejak mereka menjadi siswa di Madrasah Aliyah hingga saat ini sudah menjadi mahasiswa, hari-hari mereka habiskan untuk kumpul berdiskusi, ibadah sunnah dan wajib mereka jalani bersama,sampai Sulton dan Dika datang dan menjadi bagian dari persahabatan itu.  Memasuki semester 2 di Perguruan Tinggi, mereka lima sekawan bersekongkol untuk satu kelas bersama. Ali mengenal Sulton dan Dika ketika masa orientasi mahasiswa baru, mereka satu kelompok, selalu mengerjakan tugas bersam